Buruh dari berbagai elemen melakukan aksi menuntut pembebasan ABK asal Indonesia yang menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di depan Kedubes Filipina, Jakarta, Kamis (14/7/2016)
.
Buruh dari berbagai elemen melakukan aksi menuntut pembebasan ABK asal Indonesia yang menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di depan Kedubes Filipina, Jakarta, Kamis (14/7/2016).
Kapal asal Indonesia beberapa kali menjadi sasaran pembajakan kelompok bersenjata Abu Sayyaf ketika melintasi perairan Sulu, Filipina. Pemerintah Indonesia, Filipina dan Malaysia bersepakat menggelar patroli bersama di perairan yang menjadi poros kriminalitas maritim ketiga negara itu.
Keamanan di perairan Sulu menjadi pembahasan Presiden Joko Widodo ketika menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (1/8/2016) sore. Topik pertemuan lainnya adalah penetapan batas wilayah dan kerja sama perlindungan tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia.
Dilansir laman Sekretariat Kabinet, Jokowi mengatakan Indonesia menyampaikan kepeduliannya terhadap kasus penculikan dan penyanderaan. Indonesia, kata Jokowi, mendorong agar kerja sama trilateral antara Malaysia, Filipina, dan Indonesia terhadap keamanan perairan Sulu dan sekitarnya dapat segera dilakukan.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, akan ada pertemuan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam waktu dekat. Dikutip Kompas.com, pertemuan dengan Duterte itu akan membahas upaya pembebasan 10 warga Indonesia yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Pertemuan juga akan membicarakan penguatan hubungan diplomatik Indonesia-Filipina.
Menurut Wiranto, salah satu hal yang akan menjadi pokok pembicaraan yakni kesepakatan membentuk joint task force (satuan tugas pengamanan bersama). Pembentukan satuan tugas ini untuk mengantisipasi berulangnya peristiwa penyanderaan. "Sehingga tidak perlu bolak-balik melawan kalau ada penyanderaan," ujar Wiranto.
Pertemuan trilateral juga sedang berlangsung di Bali antara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Menteri Pertahanan Malaysia dan Filipina. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pertemuan itu membahas standar operasional prosedur (SOP) pengamanan di perairan Sulu.
Dilansir Detikcom, Retno menjelaskan pertemuan tiga menteri pertahanan itu akan disepakati SOP dan teknis patroli gabungan di perairan Sulu. Menurut Retno, saat ini SOP sudah dibuat dan tinggal diimplementasikan.
Indonesia telah menggagas pertemuan dengan Malaysia dan Filipina pada Mei 2016 lalu untuk mencegah penyanderaan. "Prosedur sudah dibuat, sudah dinegosiasikan dan sekarang tinggal diimplementasikan. Ketiga Menhan akan membahas implementasi dari apa yang sudah disepakati," kata Retno.
Kelompok Abu Sayyaf telah menyandera awak kapal asal Indonesia setidaknya empat kali pada tahun ini. Kini masih ada 10 sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina dan Malaysia. Beberapa sandera sudah dibebaskan dengan klaim dari pemerintah Indonesia tanpa tebusan.
Retno mengatakan telah menghubungi pemerintah Filipina untuk memantau kondisi warga Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf. "Komunikasi terus dilakukan untuk memantau dan membebaskan sandera kita," kata Retno melalui Antaranews.
Kementerian Luar Negeri juga terus berkomunikasi dengan keluarga para sandera untuk menginformasikan keadaannya. Retno memastikan para sandera berada dalam kondisi sehat.
sumber:
https://beritagar.id/artikel/berita/agar-kapal-indonesia-tak-lagi-jadi-sasaran-kelompok-abu-sayyaf
.
Buruh dari berbagai elemen melakukan aksi menuntut pembebasan ABK asal Indonesia yang menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di depan Kedubes Filipina, Jakarta, Kamis (14/7/2016).
Kapal asal Indonesia beberapa kali menjadi sasaran pembajakan kelompok bersenjata Abu Sayyaf ketika melintasi perairan Sulu, Filipina. Pemerintah Indonesia, Filipina dan Malaysia bersepakat menggelar patroli bersama di perairan yang menjadi poros kriminalitas maritim ketiga negara itu.
Keamanan di perairan Sulu menjadi pembahasan Presiden Joko Widodo ketika menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (1/8/2016) sore. Topik pertemuan lainnya adalah penetapan batas wilayah dan kerja sama perlindungan tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia.
Dilansir laman Sekretariat Kabinet, Jokowi mengatakan Indonesia menyampaikan kepeduliannya terhadap kasus penculikan dan penyanderaan. Indonesia, kata Jokowi, mendorong agar kerja sama trilateral antara Malaysia, Filipina, dan Indonesia terhadap keamanan perairan Sulu dan sekitarnya dapat segera dilakukan.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, akan ada pertemuan dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam waktu dekat. Dikutip Kompas.com, pertemuan dengan Duterte itu akan membahas upaya pembebasan 10 warga Indonesia yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Pertemuan juga akan membicarakan penguatan hubungan diplomatik Indonesia-Filipina.
Menurut Wiranto, salah satu hal yang akan menjadi pokok pembicaraan yakni kesepakatan membentuk joint task force (satuan tugas pengamanan bersama). Pembentukan satuan tugas ini untuk mengantisipasi berulangnya peristiwa penyanderaan. "Sehingga tidak perlu bolak-balik melawan kalau ada penyanderaan," ujar Wiranto.
Pertemuan trilateral juga sedang berlangsung di Bali antara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Menteri Pertahanan Malaysia dan Filipina. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pertemuan itu membahas standar operasional prosedur (SOP) pengamanan di perairan Sulu.
Dilansir Detikcom, Retno menjelaskan pertemuan tiga menteri pertahanan itu akan disepakati SOP dan teknis patroli gabungan di perairan Sulu. Menurut Retno, saat ini SOP sudah dibuat dan tinggal diimplementasikan.
Indonesia telah menggagas pertemuan dengan Malaysia dan Filipina pada Mei 2016 lalu untuk mencegah penyanderaan. "Prosedur sudah dibuat, sudah dinegosiasikan dan sekarang tinggal diimplementasikan. Ketiga Menhan akan membahas implementasi dari apa yang sudah disepakati," kata Retno.
Kelompok Abu Sayyaf telah menyandera awak kapal asal Indonesia setidaknya empat kali pada tahun ini. Kini masih ada 10 sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina dan Malaysia. Beberapa sandera sudah dibebaskan dengan klaim dari pemerintah Indonesia tanpa tebusan.
Retno mengatakan telah menghubungi pemerintah Filipina untuk memantau kondisi warga Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf. "Komunikasi terus dilakukan untuk memantau dan membebaskan sandera kita," kata Retno melalui Antaranews.
Kementerian Luar Negeri juga terus berkomunikasi dengan keluarga para sandera untuk menginformasikan keadaannya. Retno memastikan para sandera berada dalam kondisi sehat.
sumber:
https://beritagar.id/artikel/berita/agar-kapal-indonesia-tak-lagi-jadi-sasaran-kelompok-abu-sayyaf
0 Response to "upaya kapal Indonesia tak lagi menjadi sasaran Kelompok Abu Sayyaf"
Posting Komentar
Dilarang komentar spam